Biar gak
panjang2 baca sendiri aja ya
Cerita
Pembantu Binal yang ML dengan majikannya yang haus seks. Pembantu binal ini
sungguh menggoda. Dan berikut adalah kisahnya!

Bapakku
baru dua bulan yang lalu meninggal dunia, jadi sekarang ibuku tinggal sendiri
hanya ditemani Enny, pembantunya yang sudah hampir 4 tahun bekerja disitu. Enny
berumur 26 tahun, dia masih belum bersuami. Wajahnya tidak cantik, bahkan
giginya agak tonggos sedikit, walaupun tidak bisa disebut jelek juga. Tapi yang
menarik dari Enny ini adalah bodynya, seksi sekali. Tinggi kira-kira 164 cm,
dengan pinggul yang bulat dan dada berukuran 36. Kulitnya agak cokelat. Sering
sekali aku memperhatikan kemolekan tubuh pembantu ibuku ini, sambil
membandingkannya dengan tubuh isteriku yang sudah agak mekar.
Hari itu,
karena kurang enak badan, aku pulang dari kantor jam 10.00 WIB, sampai di
rumah, kudapati rumahku kosong. Rupanya isteriku pergi, sedang anak-anakku
pasti sedang sekolah semua. Akupun mencoba ke rumah ibuku, yang hanya berjarak
5 menit berjalan kaki dari rumahku. Biasanya kalau tidak ada di rumah, isteriku
sering main ke rumah ibuku, entah untuk sekedar ngobrol dengan ibuku atau
membantu beliau kalau sedang sibuk apa saja.
Sampai di
rumah ibuku, ternyata disanapun kosong, cuma ada Enny, sedang memasak.
Kutanya
Enny, “En, Bu Dewi (nama isteriku) kesini nggak?”
“Iya Pak,
tadi kesini, tapi terus sama temannya” jawab Enny.
“Terus Ibu
sepuh (Ibuku) kemana?” Tanyaku lagi.
“Tadi
dijemput Bu Ina (Adikku) diajak ke sekolah Yogi (keponakanku)”
“Oooh”
sahutku pendek.
“Masak apa
En? tanyaku sambil mendekat ke dapur, dan seperti biasa, mataku langsung
melihat tonjolan pinggul dan pantatnya juga dadanya yang aduhai itu.
“Ini Pak,
sayur sop”
Rupanya dia
ngerasa juga kalau aku sedang memperhatikan pantat dan dadanya.
“Pak Irwan
ngeliatin apa sih” Tanya Enny.
Karena
selama ini aku sering juga bercanda sama dia, akupun menjawab,
“Ngeliatin
pantat kamu En. Kok bisa seksi begitu sih En?”
“Iiih
Bapak, kan Ibu Dewi juga pantatnya gede”
“Iya sih,
tapi kan lain sama pantat kamu En”
“Lain
gimana sih Pak?” tanya Enny, sambil matanya melirik kearahku.
Aku yakin,
saat itu memang Enny sedang memancingku untuk kearah yang lebih hot lagi.
Merasa
mendapat angin, akupun menjawab lagi, “Iya, kalo Bu Dewi kan cuma menang gede,
tapi tepos”
“Terus, kalo saya
gimana Pak?” Tanyanya sambil melirik genit.
Kurang ajar, pikirku. Lirikannya langsung membuat tititku
berdiri.
Langsung
aku berjalan kearahnya, berdiri di belakang Enny yang masih mengaduk ramuan sop
itu di kompor.
“Kalo kamu
kan, pinggulnya gede, bulat dan kayaknya masih kencang”, jawabku sambil
tanganku meraba pinggulnya.
“Idih
Bapak, emangnya saya motor bisa kencang” sahut Enny, tapi tidak menolak saat
tanganku meraba pinggulnya.
Mendengar
itu, akupun yakin bahwa Enny memang minta aku ‘apa-apain’.
Akupun maju
sehingga tititku yang sudah berdiri dari tadi itu menempel di pantatnya.
Adduuhh, rasanya enak sekali karena Enny memakai rok berwarna abu-abu (seperti
rok anak SMU) yang terbuat dari bahan cukup tipis. Terasa sekali tititku yang
keras itu menempel di belahan pantat Enny yang, seperti kuduga, memang padat
dan kencang.
“Apaan nih
Pak, kok keras? tanya Enny genit.
“Ini
namanya sonny En, sodokan nikmat” sahutku.
Saat itu,
rupanya sop yang dimasak sudah matang. Ennypun mematikan kompor, dan dia
bersandar ke dadaku, sehingga pantatnya terasa menekan tititku. Aku tidak tahan
lagi mendapat sambutan seperti ini, langsung tanganku ke depan, ku remas kedua
buah dadanya. Alamaak, tanganku bertemu dengan dua bukit yang kenyal dan terasa
hangat dibalik kaos dan branya.
Saat
kuremas, Enny sedikit menggelinjang dan mendesah, “Aaahh, Pak” sambil kepalanya
ditolehkan kebelakang sehingga bibir kami dekat sekali. Kulihat matanya
terpejam menikmati remasanku. Kukecup bibirnya (walaupun agak terganggu oleh
giginya yang sedikit tonggos itu), dia membalas kecupanku. Tak lama kemudian,
kami saling berpagutan, lidah kami saling belit dalam gelora nafsu kami.
TItitku yang tegang kutekantekankan ke pantatnya, menimbulkan sensasi luar biasa
untukku (kuyakin juga untuk Enny).
Sekitar
lima menit, keturunkan tangan kiriku ke arah pahanya. Tanpa banyak kesukaran
akupun menyentuh CDnya yang ternyata telah sedikit lembab di bagian memeknya.
Kusentuh
memeknya dengan lembut dari balik CDnya, dia mengeluh kenikmatan, “Ssshh, aahh,
Pak Irwan,
paak.. jangan di dapur dong Pak”
Dan akupun
menarik tangan Enny, kuajak ke kamarnya, di bagian belakang rumah ibuku.
Sesampai di
kamarnya, Enny langsung memelukku dengan penuh nafsu, “Pak, Enny sudah lama lho
pengen ngerasain punya Bapak”
“Kok nggak
bilang dari dulu En?” tanyaku sambil membuka kaos dan roknya.
Dan..
akupun terpana melihat pemandangan menggairahkan di tubuh pembantu ibuku ini.
Kulitnya
memang tidak putih, tapi mulus sekali. Buah dadanya besar tapi proporsional
dengan tubuhnya. Sementara pinggang kecil dan pinggul besar ditambah bongkahan
pantatnya bulat dan padat sekali. Rupanya Enny tidak mau membuang waktu, diapun
segera membuka kancing bajuku satu persatu, melepaskan bajuku dan segera
melepaskan celana panjangku.
Sekarang
kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam saja, dia bra dan CD, sedangkan aku
hanya CD saja. Kami berpelukan, dan kembali lidah kami berpagut dalam gairah
yang lebih besar lagi. Kurasakan kehangatan kulit tubuh Enny meresap ke kulit
tubuhku. Kemudian lidahku turun ke lehernya, kugigit kecil lehernya, dia
menggelinjang sambil mengeluarkan desahan yang semakin menambah gairahku,
“Aahh, Bapak”.
Tanganku
melepas kait branya, dan bebaslah kedua buah dada yang indah itu. Langsung kuciumi,
kedua bukit kenyal itu bergantian. Kemudian kujilati pentil Enny yang berwarna
coklat, terasa padat dan kenyal (Beda sekali dengan buah dada isteriku), lalu
kugigit-gigit kecil pentilnya dan lidahku membuat gerakan memutar disekitar
pentilnya yang langsung mengeras.
Kurebahkan
Enny ditempat tidurnya, dan kulepaskan CDnya. Kembali aku tertegun melihat
keindahan kemaluan Enny yang dimataku saat itu, sangat indah dan menggairahkan.
Bulunya tidak terlalu banyak, tersusun rapi dan yang paling mencolok adalah
kemontokan vagina Enny. Kedua belah bibir vaginanya sangat tebal, sehingga
klitorisnya agak tertutup oleh daging bibir tersebut. Warnanya kemerahan.
“Pak,
jangan diliatin aja dong, Enny kan malu” Kata Enny.
Aku sudah
tidak mempunyai daya untuk bicara lagi, melainkan kutundukkan kepalaku dan
bibirkupun menyentuh vagina Enny yang walaupun kakinya dibuka lebar, tapi tetap
terlihat rapat, karena ketebalan bibir vaginanya itu. Enny menggelinjang,
menikmati sentuhan bibirku di klitnya. Kutarik kepalaku sedikit kebelakang agar
bisa melihat vagina yang sangat indah ini.
“Enny,
memek kamu indah sekali, sayang”
“Pak Irwan suka sama
memek Enny? tanya Enny.
“Iya sayang, memek
kamu indah dan seksi, baunya juga enak” jawabku sambil kembali mencium dan
menghirup aroma dari vagina Enny.
“Mulai sekarang, memek
Enny cuma untuk Pak Irwan” Kata Enny.
“Pak Irwan mau kan?”
“Siapa sih yang nggak
mau memek kayak gini En?” tanyaku sambil menjilatkan lidahku ke vaginanya
kembali.
Enny terlihat sangat
menikmati jilatanku di klitorisnya. Apalagi saat kugigit klitorisnya dengan
lembut, lalu lidahku ku masukkan ke liang kenikmatannya, dan sesekali kusapukan
lidahku ke lubang anusnya.
“Oooh, sshshh, aahh..
Pak Irwan, enak sekali Pak. Terusin ya Pak Irwan sayang”
Sepuluh menit,
kulakukan kegiatan ini, sampai dia menekan kepalaku dengan kuat ke vaginanya,
sehingga aku sulit bernafas”Pak Irwan.. aahh, Enny nggak kuat Pak..
sshh”Kurasakan kedua paha Enny menjepit kepalaku bersamaan dengan itu, kurasakan
vagina Enny menjadi semakin basah. Enny sudah mencapai orgasme yang pertama.
Enny masih menghentak-hentakkan vaginanya kemulutku, sementara air maninya
meleleh keluar dari vaginanya. Kuhirup cairan kenikmatan Enny sampai kering.
Dia terlihat puas sekali, matanya menatapku dengan penuh rasa terima kasih. Aku
senang sekali melihat dia mencapai kepuasan.
Tak lama kemudian dia
bangkit sambil meraih kemaluanku yang masih berdiri tegak seperti menantang
dunia. Dia memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya, dan mulai menjilati kepala
kemaluanku. Ooouugh, nikmatnya, ternyata Enny sangat memainkan lidahnya,
kurasakan sensasi yang sangat dahsyat saat giginya yang agak tonggos itu
mengenai batang kemaluanku. Agak sakit tapi justru sangat nikmat. Enny terus
mengulum kemaluanku, yang semakin lama semakin membengkak itu. Tangannya tidak
tinggal diam, dikocoknya batang kemaluanku, sambil lidah dan mulutnya masih
terus mengirimkan getaran-getaran yang menggairahkan di sekujur batang
kemaluanku.
“Pak Irwan, Enny
masukin sekarang ya Pak?” pinta Enny.
Aku
mengangguk, dan dia langsung berdiri mengangkangiku tepat di atas kemaluanku.
Digenggamnya batang kemaluanku, lalu diturunkannya pantatnya. Di bibir
vaginanya, dia menggosok-gosokkan kepala kemaluanku, yang otomatis menyentuh
klitorisnya juga. Kemudian dia arahkan kemaluanku ke tengah lobang vaginanya.
Dia turunkan pantatnya, dan.. slleepp.. sepertiga kemaluanku sudah tertanam di
vaginanya. Enny memejamkan matanya, dan menikmati penetrasi kemaluanku.
Aku
merasakan jepitan yang sangat erat dalam kemaluan Enny. Aku harus berjuang
keras untuk memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kehangatan dan kelembaban
vagina Enny. Ketika kutekan agak keras, Enny sedikit meringis. Sambil membuka
matanya, dia berkata, “Pelan dong Pak Irwan, sakit nih, tapi enak banget”. Dia
menggoyangkan pinggulnya sedikit-sedikit, sampai akhirnya seluruh kemaluanku
lenyap ditelan keindahan vaginanya.
Kami
terdiam dulu, Enny menarik nafas lega setelah seluruh kemaluanku ‘ditelan’
vaginanya. Dia terlihat konsentrasi, dan tiba-tiba.. aku merasa kemaluanku
seperti disedot oleh suatu tenaga yang tidak terlihat, tapi sangat terasa dan
enaak sekali. Ruaar Biasaa! Kemaluan Enny menyedot kemaluanku!
Belum
sempat aku berkomentar tentang betapa enaknya vaginanya, Ennypun mulai membuat
gerakan memutar pinggulnya. Mula-mula perlahan, semakin lama semakin cepat dan
lincah gerakan Enny. Waw.. kurasakan kepalaku hilang, saat dia ‘mengulek’
kemaluanku di dalam vaginanya. Enny merebahkan badannya sambil tetap memutar
pinggulnya. Buah dadanya yangbesar menekan dadaku, dan.. astaga.. sedotan
vaginanya semakin kuat, membuat aku hampir tidak bertahan.
Aku tidak
mau orgasme dulu, aku ingin menikmati dulu vagina Enny yang ternyata ada ‘empot
ayamnya’ ini lebih lama lagi. Maka, kudorong tubuh Enny ke atas, sambil kusuruh
lepas dulu, dengan alasan aku mau ganti posisi. Padahal aku takut ‘kalah’ sama
dia.
Lalu
kusuruh Enny tidur terlentang, dan langsung kuarahkan kemaluanku ke vaginanya
yang sudah siap menanti ‘kekasihnya’. Walaupun masih agak sempit, tapi karena
sudah banyak pelumasnya, lebih mudah kali ini kemaluanku menerobos lembah
kenikmatan Enny.
Kumainkan
pantatku turun naik, sehingga tititku keluar masuk di lorong sempit Enny yang
sangat indah itu.
Dan, sekali
lagi akupun merasakan sedotan yang fantastis dari vagina Enny. Setelah 15 menit
kami melakukan gerakan sinkron yang sangat nikmat ini, aku mulai merasakan
kedutan-kedutan di kepala tititku.
“Enny, aku
udah nggak kuat nih, mau keluar, sayang”, kataku pada Enny.
“Iya Pak,
Enny juga udah mau keluar lagi nih. Oohh, sshh, aahh.. bareng ya Pak Irwan..,
cepetin dong genjotannya Pak” pinta Enny.
Akupun
mempercepat genjotanku pada lobang vagina Enny yang luar biasa itu, Enny
mengimbanginya dengan ‘mengulek’ pantatnya dengan gerakan memutar yang sangat
erotis, ditambah dengan sedotan alami didalam vaginanya. Akhirnya aku tidak
dapat bertahan lebih lama lagi, sambil mengerang panjang, tubuhku mengejang.
“Enny, hh..
hh, aku keluar sayaang”
Muncratlah air maniku
ke dalam vaginanya. Di
saat bersamaan, Enny pun mengejang sambil memeluk erat tubuhku.
“Pak
Irwaan, Enny juga keluar paakk, sshh, aahh”.
Aku
terkulai di atas tubuh Enny. Enny masih memeluk tubuhku dengan erat, sesekali
pantatnya mengejang, masih merasakan kenikmatan yang tidak ada taranya itu.
Nafas kami memburu, keringat tak terhitung lagi banyaknya. Kami berciuman.
“Enny,
terima kasih yaa, memek kamu enak sekali” Kataku.
“Pak Irwan suka memek
Enny?”
“Suka banget En, abis
ada empot ayamnya sih” jawabku sambil mencium bibirnya.
Kembali kami
berpagutan.
“Dibandingin sama Bu
Dewi, enakan mana Pak?” pancing Enny.
“Jauh lebih enak kamu
sayang”
Enny tersenyum.
“Jadi, Pak Irwan mau
lagi dong sama Enny lain kali. Enny sayang sama Pak Irwan”
Aku tidak
menjawab, hanya tersenyum dan memeluk Enny. Pembantu ibuku yang sekarang jadi
kekasih gelapku
0 komentar:
Posting Komentar